[CERBUNG] IBU (GURU) UNTUK ANAK-ANAK KITA Part 4 (END) || COKELAT PANAS
.
.
“Ilham?” gumam Nindia ketika netranya menangkap sosok Ilham di sana, berdiri membisu. Ilham?
“Papa!” Lulu segera berlari menuju tempat Ilham berdiri sekarang dan melewatinya. “Papa. Kok Papa lama?” Nindia mengerutkan keningnya, ia segera memiringkan kepalanya dan dapat melihat dengan jelas laki-laki berjas tengah memeluk Lulu, tepat di belakang Ilham.
Oh, syukurlah—eh? Nindia kembali menatap Ilham yang sudah tersenyum, laki-laki itu berjalan mendekat. “Kamu—ngapain kesini?” tanya Nindia, ia sudah berdiri, berhadapan dengan paras tampan Ilham.
“Pengen aja.” Ilham kembali tersenyum dan mendapat anggukan dari Nindia. “Kamu kira tadi aku Papa anak itu ya? Untung bukan.” Penuturan Ilham sontak membuat Nindia menahan senyum malunya. “Oh ya,” Nindia kembali fokus menatapnya, “aku suka kamu Nin.” Sontak bola mata Nindia membulat lebar, “kamu mau nggak jadi madrasah pertama untuk anak-anak kita nanti?”
“Hah?” sergap Nindia cepat. Ditatap wajah itu dalam, mencoba mencari kebohongan di sana, bisa saja kan Ilham tengah bercanda. “Kamu ngomong apa sih Ham? Aku nggak ngerti.”
“Aku serius Nin. Aku suka melihatmu dari jauh, jauh sebelum kita saling kenal,” terang Ilham serius, “aku suka caramu memandang orang lain atau memperlakukan anak kecil, aku suka segala sesuatunya tentang kamu Nin.” Ilham menelan ludahnya susah payah. “Apa kamu mau jadi madrasah pertama untuk anak-anak kita nanti?” tanyanya sama seperti tadi.
“Anak-anak?” tanya Nindia dengan senyum gelinya.
“Ya.. dua atau tiga mungkin?” senyum Ilham kembali muncul dan dilanjutkan dengan tawa keduanya hingga akhirnya anggukkan kecil terlihat pada netra Ilham.
Ibu adalah guru untuk anak-anaknya. Ia seperti lentera, terang menyinari siapa pun yang akan berdiri tegak di depannya, menjadi pelindungnya kelak, membuktikan pada dunia jika ibu adalah guru terbaik untuk malaikat kecilnya nanti.
.
.
.
Comments
Post a Comment