[CERITA NADINE FARADINA] TEMAN LAMA || COKELAT PANAS
🎵"Pagiku cerahku, matahari bersinar. Kugendong tas merahku di pundak--"
"Yang lagi putus cinta seneng amat."
Celetukan itu tentu saja membuatku cepat-cepat menoleh dan menghentikan nyanyianku. Jeha tersenyum geli ketika mataku menatapnya. "Apa sih?! Sok tau banget!" Langkahku menuju pantry dan meletakkan tas ke dalam loker. "Mas Dion kan yang ember sama Mbak jeha?!" Semprotku ketika melihat sosok Dion tengah meracik kopi di meja barista.
Dion melirikku tanpa menghentikan pekerjaannya. "Gue bukan cowok mulut lemes kalik!"
Aku mencibir, kalau bukan Mas Dion siapa lagi?
•••
"Kembaliannya 7.500. Terima kasih ya Kak!" Senyumku merekah tiap kali melayani para pembeli di kafe. Entahlah, menjadi pelayan toko patut dibanggakan karena dengan itu, kita bisa terus ramah pada setiap orang. "Silahkan Kak, mau pesan apa?" Seseorang maju selangkah dari antriannya.
"Dina?" Mendengar nama akhirku dipanggil, sontak kudonggakkan kepala menatap seseorang yang berdiri tepat di depanku. Kusipitkan kedua bola mata menatap sosok laki-laki tinggi di depanku. Siapa? "Faradina?"
Eh, benar! Orang ini memanggil diriku. "Maaf, siapa ya Mas?" Laki-laki itu tidak langsung menjawab, ia tersenyum, senyum yang amat manis. Astaga! Aku tahu siapa orang ini! "Yana?" Ucapku ragu.
Laki-laki yang kusebut Yana itu tersenyum. "Jahat banget sampe lupa," katanya.
Jujur, aku benar-benar tidak menyangka itu benar dirinya! Yana Mahendra, teman lamaku saat di SMA, walaupun beda kelas tapi aku sangat mengenalnya karena ia famous di sekolah. Bagaimana tidak? Sosoknya yang putih tinggi dengan alis tebal dan senyum yang amat manis, siapa yang tidak suka? Ehem iya, dulu aku naksir dengannya, hanya sekedar suka melihatnya dari kejauhan. Dan sekarang? Orang yang pernah kutaksir selama SMA datang di hadapanku langsung? Mana makin tampan. Oh Tuhan! Aku harus bagaimana?
"Din?"
"Eh, iya?" Aku gelagapan. Tentu saja aku gerogi.
Yana kembali tersenyum, "apa kabar? Udah lama disini?"
"Belum, dari lulus sekolah."
"Udah lama dong Din."
Aku hanya bisa tersenyum, gerogi banget astaga. "Mau pesen apa?"
Sesaat dirinya berpikir sejenak. "Iced Taro Latte, satu."
"Masih suka?"
Yana menyerngit. "Masih inget?"
Eh, benar juga! Kenapa aku selancang ini?!
Ia tertawa. "Kutunggu di meja ya." Dirinya meninggalkanku mematung di balik meja kasir dan duduk tak jauh dari pandanganku.
Sial! Kenapa aku harus bertemu orang yang dulu pernah kutaksir sih? Bikin orang deg-deg an aja!
-Nadine Faradina-
Comments
Post a Comment